Sejarah Dinasti Qing: Dari Kejayaan hingga Keruntuhan Kekaisaran Terakhir China

Selasa, 4 Maret 2025 17:47 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Bendera Dinasti Qing
Iklan

Dinasti Qing adalah kekaisaran terakhir China yang berjaya hampir tiga abad sebelum runtuh akibat korupsi, pemberontakan, dan tekanan barat.

Dinasti Qing (1644–1912) adalah dinasti terakhir yang memerintah China, sekaligus salah satu yang paling berpengaruh dalam sejarah Tiongkok. Berdiri selama hampir tiga abad, Dinasti Qing meninggalkan warisan budaya, politik, dan sosial yang masih terasa hingga hari ini. Artikel ini akan mengulas sejarah Dinasti Qing secara kronologis, mulai dari berdirinya, masa kejayaan, hingga keruntuhannya.

1. Asal Usul dan Pendirian Dinasti Qing (1616–1644)

Dinasti Qing didirikan oleh suku Manchu, sebuah kelompok etnis dari wilayah Manchuria (sekarang timur laut China). Suku Manchu dipimpin oleh Nurhaci, seorang pemimpin militer yang berhasil menyatukan berbagai suku di Manchuria. Pada tahun 1616, Nurhaci mendirikan Dinasti Jin Akhir (Later Jin), yang menjadi cikal bakal Dinasti Qing.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setelah kematian Nurhaci pada tahun 1626, putranya, Hong Taiji, mengambil alih kepemimpinan. Hong Taiji mengubah nama dinasti menjadi "Qing" pada tahun 1636, yang berarti "murni" atau "jernih," sebagai simbol ambisi mereka untuk menguasai seluruh China.

Pada tahun 1644, pasukan Qing, dipimpin oleh pangeran Dorgon, memanfaatkan kekacauan di Dinasti Ming akibat pemberontakan petani dan berhasil merebut Beijing. Ini menandai awal resmi kekuasaan Dinasti Qing di China.

2. Masa Kejayaan Dinasti Qing (1644–1796)

Setelah menguasai Beijing, Dinasti Qing mulai memperluas wilayah kekuasaannya. Di bawah pemerintahan Kaisar Kangxi (1661–1722), Yongzheng (1722–1735), dan Qianlong (1735–1796), Dinasti Qing mencapai puncak kejayaannya.

Lukisan Kaisar Kangxi  (Sumber: chinesehistorydigest.com)

  • Kaisar Kangxi: Kaisar Kangxi adalah salah satu penguasa terbesar dalam sejarah China. Ia berhasil menstabilkan pemerintahan, memadamkan pemberontakan, dan memperluas wilayah kekuasaan Qing hingga mencakup Taiwan, Mongolia, Tibet, dan sebagian Asia Tengah. Kangxi juga dikenal sebagai pelindung seni dan budaya, serta mendorong perkembangan ilmu pengetahuan.

  • Kaisar Yongzheng: Yongzheng melanjutkan kebijakan ayahnya, Kangxi, dengan fokus pada reformasi administrasi dan keuangan. Ia memperkuat sistem pemerintahan sentralisasi dan mengurangi korupsi.

  • Kaisar Qianlong: Masa pemerintahan Qianlong dianggap sebagai puncak keemasan Dinasti Qing. China menjadi negara terkaya dan terkuat di dunia pada masa ini. Qianlong juga mendukung seni dan sastra, serta memerintahkan penyusunan ensiklopedia besar yang mencakup pengetahuan tradisional China.

3. Kemunduran Dinasti Qing (1796–1912)

Setelah masa pemerintahan Qianlong, Dinasti Qing mulai mengalami kemunduran. Beberapa faktor penyebabnya antara lain:

  • Korupsi dan Birokrasi yang Tidak Efisien: Sistem pemerintahan yang semakin birokratis dan korup melemahkan kekuatan Dinasti Qing.

  • Pemberontakan Dalam Negeri: Beberapa pemberontakan besar, seperti Pemberontakan Taiping (1850–1864) dan Pemberontakan Boxer (1899–1901), menguras sumber daya dan melemahkan kekuasaan Qing.

  • Tekanan dari Barat: Pada abad ke-19, kekuatan Barat seperti Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat mulai menekan China melalui Perang Candu (1839–1842, 1856–1860). Kekalahan dalam perang ini memaksa China menandatangani perjanjian yang merugikan, seperti Perjanjian Nanking, yang membuka pelabuhan China untuk perdagangan asing dan memberikan hak ekstrateritorial kepada orang asing.

  • Reformasi yang Gagal: Upaya reformasi, seperti Gerakan Seratus Hari Reformasi pada tahun 1898, gagal karena ditentang oleh konservatif di istana Qing. Kaisar Guangxu, yang mendukung reformasi, bahkan dikenai tahanan rumah oleh ibunya, Ibu Suri Cixi.

4. Keruntuhan Dinasti Qing (1911–1912)

Pada awal abad ke-20, ketidakpuasan terhadap Dinasti Qing semakin meluas. Gerakan revolusioner yang dipimpin oleh Sun Yat-sen dan Partai Nasionalis Kuomintang (KMT) mulai mendapatkan dukungan luas. Pada tahun 1911, meletuslah Revolusi Xinhai, yang mengakhiri kekuasaan Dinasti Qing.

Pada 12 Februari 1912, Kaisar Puyi, yang masih berusia enam tahun, turun takhta. Ini menandai berakhirnya Dinasti Qing dan sistem kekaisaran di China. Republik China kemudian didirikan, dengan Sun Yat-sen sebagai presiden sementara.

5. Warisan Dinasti Qing

Meskipun Dinasti Qing telah runtuh, warisannya tetap hidup dalam berbagai aspek:

  • Budaya dan Seni: Dinasti Qing meninggalkan banyak karya seni, arsitektur, dan sastra yang berharga. Contohnya adalah Istana Musim Panas dan Istana Musim Dingin di Beijing.

  • Wilayah dan Administrasi: Dinasti Qing berhasil mempertahankan dan memperluas wilayah China hingga mencakup Tibet, Xinjiang, dan Mongolia, yang menjadi dasar wilayah modern China.

  • Pengaruh Global: Dinasti Qing adalah salah satu kekaisaran terbesar dalam sejarah dunia, dengan pengaruh yang meluas ke Asia Tengah, Asia Tenggara, dan bahkan Eropa melalui perdagangan.

Dinasti Qing adalah salah satu dinasti paling penting dalam sejarah China. Dari pendiriannya oleh suku Manchu hingga kejayaannya di bawah Kaisar Kangxi, Yongzheng, dan Qianlong, Dinasti Qing membawa China menjadi salah satu kekuatan terbesar di dunia. Namun, korupsi, pemberontakan, dan tekanan dari Barat akhirnya menyebabkan keruntuhannya. Meskipun demikian, warisan Dinasti Qing tetap hidup dalam budaya, politik, dan identitas China modern.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Harrist Riansyah

Penulis Indonesiana

80 Pengikut

img-content

Strategi Pertumbuhan Konglomerat

Senin, 25 Agustus 2025 08:46 WIB
img-content

Riwayat Pinjaman Anda dalam BI Checking

Kamis, 21 Agustus 2025 22:45 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler